BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau
aspek spiritual dalam islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih
menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Orang yang ahli dalam
tasawuf disebut dengan seorang sufi. Seorang sufi menekankan aspek rohaninya
daripada jasmaninya. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat dengan Tuhan-Nya.
Dan untuk mencapai itu, terdapat tingkatannya yaitu tobat, zuhud, sabar,
shaleh, tawakal, kerelaan (ridha), cinta dan ma’rifat.
B. Tujuan
1. Mengetahui tokoh-tokoh tasawuf.
2. Mengetahui ajaran-ajaran dari
tokoh-tokoh tasawuf.
C. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf?
2. Bagaimana ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh
tasawuf?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TOKOH-TOKOH
TASAWUF DAN AJARANNYA
Berikut ini beberapa tokoh tasawuf yang terkenal beserta ajarannya,
diantaranya:
a. Hasan Al-Bashri
Hasan
al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’
dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di
Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah
perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun
110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena
keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang
dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Gerakan itulah yang menyebabkan
Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan
kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud
serta khauf dan raja’.
Dasar
pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga
ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip
kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut
kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melakukan perintah-Nya. Serta
menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah
mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu
memikirkan kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
b. Rabiah Al-Adawiyah
Nama
lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah,
juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah
karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Dia adalah seorang zahidah,
zahid perempuan yang dapat menghiasi lembaran sejarah sufi dalam abad kedua
hijriah. Dia termasyhur karena mengemukakan dan membawa versi baru dalam hidup
keruhanian, dimana tingkat zuhud yang diciptakan Hasan al-Bashri yang bersifat
khauf dan raja’ itu dinaikkan oleh Rabi’ah ke tingkat zuhud yang bersifat hub
(cinta) karena yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa.
Cinta
murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya
dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair
berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau
yang kucinta,
Pintu hatiku telah
tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak
mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku
memandang-Mu selalu.
Cinta
kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia
membagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah
telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai
tentang cintanya kepada Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat
mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk
mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi
melalui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna
segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
Bisa
dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin
dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
c. Al-Hallaj
Al-hallaj
adalah seorang tokoh sufi yang mengembangkan paham al-hulul. Nama lengkapnya adalah Husein Bin Mansyur al-Hallaj.
Dia dilahirkan pada tahun 244 H/858 M di negeri Baidha, salah satu kota kecil
yang terletak di Persia. Dia tinggal sampai dewasa di Waisith, dekat Baghdad,
dan dalam usia 16 tahun dia pergi belajar pada seorang sufi yang terbesar dan
terkenal bernama Sahl bin Abdullah al-Tustur di negeri Ahwaz. Selanjutnya, ia
berangkat ke Bashrah dan belajar pada seorang sufi bernama Amr al-Makki. Pada tahun
264 H, ia masuk kota Baghdad dan belajar pada Junaid yang juga seorang sufi.
Al-Hallaj pernah menunaikan ibadah haji di Makkah selama tiga hari. Dengan
riwayat hidup singkat ini jelas bahwa ia memiliki dasar pengetahuan tentang
tasawuf yang cukup mendalam dan kuat.
Hulul
merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya
kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Hulul berimplikasi kepada bersemayamnya
sifat-sifat ke-Tuhanan kedalam diri manusia atau masuk suatu dzat kedalam dzat
yang lainnya. Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang. Hulul ini telah
disalah artikan oleh manusia yang telah mengaku bersatu dengan Tuhan. Sehingga
dikatakan bahwa seorang budak tetaplah seorang budak dan seorang raja tetaplah
seorang raja. Tidak ada hubungan yang satu dengan yang lainnya sehingga yang
terjadi adalah hanyalah Allah yang mengetahui Allah dan hanya Allah yang dapat
melihat Allah dan hanya Allah yang menyembah Allah.
d. Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad
ibn al-Ghazali.Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi
gelar Hujjatul Islam. Ayahnya, menurut sebagian penulis
biografi, bekerja sebagai pemintal wol. Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini
terkenal dengan al-Ghazzali (yang pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula
dengan al-Ghazali, sebagaimana diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab,
yang dinisbatkan pada suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali
lahir di Thus, kawasan Khurasan, tahun 1059 M. Ia pernah belajar
kepada Imam al-Haramain al-Juwaini, seorang guru besar di Madrasah al-Nizamiah
Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama, al-Ghazali mempelajari teologi,
pengetaauan alam, filsafat dan lain-lain, tetapi akhirnya ia memilih tasawuf
sebagai jalan hidupnya. Setelah bertahun-tahun menggembara sebagai sufi, ia
kembali ke Tus di tahun 1105 M dan meninngal di sana tahun 1111 M.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling penting
adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan
secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh
maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal, dimana
ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj al-‘Abidin,
Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan sebagainya.
e. Ibn Arabi
Muhyiddin Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol tahun 1165 M. setelah menempuh
studi di Seville, ia pindah ke Tunis di taun 1194 m, dan di sana ia masuk
aliran sufi. Di tahun 1202 M ia pergi ke Makkah dan meninggal di Damaskus tahun
1240 M.
Selain sebagai sufi, Ibn Arabi juga dikenal sebagai penulis yang produktif.
Jumlah buku yang dikarangnya kira-kira berjumlah dua ratus lebih. Salah satu
buku termasyhurnya adalah Fushush al-Hikam yang merupakan wacana tentang
tasawuf.
Inti ajaran tasawuf yang diperkenalkan Ibn Arabi adalah wahdat
al-wujud. Wahdat al-wujud terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujud.
Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada.
Dengan demikian, wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud. Dalam paham
wahdat al-wujud ada dua hal yaitu khalq (makhluk) dan haq (tuhan). Menurut
paham ini setiap sesuatu punya dua aspek (aspek luar dan dalam). Aspek luar
merupakan khalq yang merupakan sifat kemakhlukan, aspek dalam adalah haq yang
mempunyai sifat ketuhanan. Dari sini kemudian muncul pemahaman bahwa antara
makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud
Tuhan, dan yang sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud makhluk
hanya bayang-bayang atau fotokopi dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari
suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagaimana diterangkan dalam al-hulul, ingin
melihat diri-Nya di luar diri-Nya, dan oleh karena itu Dia menjadikan alam
semesta ini. Dengan demikian, alam ini merupakan cermin bagi Allah. Pada saat
Allah ingin melihat diri-Nya, Dia cukup melihat alam ini. Pada benda-benda yang
ada di alam ini Allah dapat melihat diri-Nya, karena pada benda-benda alam ini
terdapat sifat-sifat Allah, dan dari sinilah timbul paham kesatuan. Paham ini
juga mengatakan bahwa yang ada di alam ini kelihatannya banyak tetapi
sebenarnya satu. Hal ini tak ubahnya seperti orang yang melihat dirinya dalam
beberapa cermin: ia melihat dirinya yang banyak, tetapi dirinya sebenarnya
hanya satu
1. Ibn Athaillah as
Sakandary
Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn Athaillah
as Sakandary (w. 1350M), dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang menjadi
faqih dalam madzhab Maliki serta tokoh ketiga dalam tarikat al Syadzili.
Penguasaannya akan hadits dan fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya memiliki
landasan nas dan akar syariat yang kuat. Karya-karyanya amat menyentuh dan diminati
semua kalangan, diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran spiritual di kalangan murid-murid tasawuf. Kitab lainnya, Miftah
Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya Spiritual), isinya
mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir (Cahaya Pencerahan dan
Petunjuk Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi tentang metode madzhab
Syadzili dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada lagi kitab tentang guru-guru
pertama tarekat Syadziliyah - Kitab Lathaif Fi Manaqib Abil Abbas al Mursi wa
Syaikhibi Abil Hasan.
2. Al Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdullah Haris Ibn Asad (w.
857). Lahir di Basrah. Nama "Al Muhasibi" mengandung pengertian
"Orang yang telah menuangkan karya mengenai kesadarannya". Pada
mulanya ia tokoh muktazilah dan membela ajaran rasionalisme muktazilah. Namun
belakangan dia meninggalkannya dan beralih kepada dunia sufisme dimana dia
memadukan antara filsafat dan teologi. Sebagai guru Al Junaed, Al Muhasibi
adalah tokoh intelektual yang merupakan moyang dari Al Syadzili. Al Muhasibi
menulis sebuah karya "Ri'ayah Li Huquq Allah", sebuah karya mengenai
praktek kehidupan spiritual.
3. Abdul Qadir Al Jilani
(1077-1166)
Beliau adalah seorang Sufi yang sangat
tekenal dalam agama Islam. Ia adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa
Jilan, Persia, tetapi meninggal di Baghdad Irak.Abdul Qadir mulai menggunakan
dakwah Islam setelah berusia 50 tahun. Dia mendirikan sebuah tharikat dengan
namanya sendiri. Syeikh Abdul Qadir disebut-sebut sebagai Quthb (poros
spiritual) pada zamannya, dan bahkan disebut sebagai Ghauts Al Azham (pemberi
pertolongan terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena janjinya
untuk memperkenalkan prinsip-prinsip spiritual yang penuh kegaiban. Buku
karangannya yang paling populer adalah Futuh Al Ghayb (menyingkap kegaiban).
Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tharikat (mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.
Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tharikat (mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.
4. Al Hallaj
Nama lengkapnya Husayn Ibn Mansyur Al Hallaj
(857-932), seorang Sufi Persia dilahirkan di Thus yang dituduh Musyrik oleh
khalifah dan oleh para pakar Abbasiyah di Baghdad oleh karenanya dia dihukum
mati. Al Hallaj pertama kali menjadi murid Tharikat Syeikh Sahl di Al Tutsari,
kemudian berganti guru pada Syeikh Al Makki, kemudian mencoba bergabung menjadi
murid Al Junaed Al Baghdadi,tetapiditolak. Al Hallaj terkenal karena
ucapan ekstasisnya "Ana Al Haqq" artinya Akulah Yang Maha Mutlak,
Akulah Yang Maha Nyata,bisa juga berarti "Akulah Tuhan", mengomentari
masalah ini Al Junaid menjelaskan "melalui yang Haq engkau terwujud",
ungkapan tersebut mengandung makna sebagai penghapusan antara manusia dengan
Tuhan. Menurut Junaid " Al Abd yahqa al Abd al Rabb Yahqa al Rabb"
artinya pada ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia dan Tuhan
tetap menjadi Tuhan". Pada jamannya Al Hallaj dianggap musrik, akan
tetapi setelah kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan Al Hallaj
disebut sebagai martir atau syahid. Sampai sekarang Al Hallaj tetap menjadi
teka-teki atau misteri karena masih pro dan kontra.
BAB III
PENUTUP
.
A. KESIMPULAN
Praktek tasawuf sudah ada sejak zaman Rasulullah saw,
meskipun istilah tentang tasawuf baru muncul pada akhir abad ke I Hijriah.
Istilah tasawuf sendiri terdapat perbedaan tentang asal-usulnya, tetapi yang
paling tepat berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari konteks
kebahasaan, sikap sederhana para sufi maupunaspekkesejarahan.
. Adapun tokoh-tokoh terkemuka di dunia tasawuf diantarnya adalah Hasan Basri (w. 110 H), Rabi’ah al Adawiyah (w. 185), Abu Yazid al-Busthami (261 H), Ibn Arabi, al-Ghazali, dan lain sebagainya. Tasawuf juga memunculkan sekte-sekte, yang kemudian dikenal dengan istilah tarekat. Di antara tokoh-tokoh tarekat yang terkenal antara lain Abd. Qadir al- Jailani (471-561 H), Syihabu al-Din Umar Ibn Abdillah al-Suhraardi (539-631 H), Abu Hasal Al-Syadzili (592-656 H), Ahmad Al-Badawi (596-675), dan Muhammad Ibn Bahau Al-Din al-Uwaisi al Bukhary (717-791 H).
. Adapun tokoh-tokoh terkemuka di dunia tasawuf diantarnya adalah Hasan Basri (w. 110 H), Rabi’ah al Adawiyah (w. 185), Abu Yazid al-Busthami (261 H), Ibn Arabi, al-Ghazali, dan lain sebagainya. Tasawuf juga memunculkan sekte-sekte, yang kemudian dikenal dengan istilah tarekat. Di antara tokoh-tokoh tarekat yang terkenal antara lain Abd. Qadir al- Jailani (471-561 H), Syihabu al-Din Umar Ibn Abdillah al-Suhraardi (539-631 H), Abu Hasal Al-Syadzili (592-656 H), Ahmad Al-Badawi (596-675), dan Muhammad Ibn Bahau Al-Din al-Uwaisi al Bukhary (717-791 H).
B. SARAN
Setelah
para pembaca selesai membaca makalah ini, pastilah terdapat banyak kesalahan di
dalam penulisan makalah di atas, memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Dosen demi perbaikan
makalah yang selanjutnya serta menuju arah yang lebih baik.
Kemudian
diharapkan kepada para pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya, agar bisa
menambah referensi yang lebih mendukung, karena dalam pembuatan makalah ini
penulis hanya menggunakan beberapa referansi saja, hal ini dikarenakan
keterbatasan buku referensi yang penulis dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://cintakamiakdarbanafsaj.blogspot.com/2012/05/pembagian-tasawuf-dan-tokoh-tokohnya.html